Artikel ini di tulis untuk memberi semagat dan keyakinan
diri kepada anda yang sedang rasakan
pada saat ini: kesulitan, takut, selalu
timbul emosional yang tidak terkawa l sehingga anda terkekang dengan diri anda
sendiri, ingin lakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan, ada
kemampuan tapi kemampuan kita terhalang disebabkan belum ada peluang jawatan yang mengunjungi anda.
Anda terpaku, berfikir, mengapa ini terjadi .... ada kesulitan yang panjang.... ada komitmen yang harus dipenuhi....
Apa yang harus diperbuat, banyak tawaran MLM, ada yang menjanjikan ini dan itu, tapi anda tidak percaya kerana telah beberapa tindakan anda sebelum ini semunya gagal, jadi anda rasa takut dan tercari-cari alternative yang terbaik.
Anda terpaku, berfikir, mengapa ini terjadi .... ada kesulitan yang panjang.... ada komitmen yang harus dipenuhi....
Apa yang harus diperbuat, banyak tawaran MLM, ada yang menjanjikan ini dan itu, tapi anda tidak percaya kerana telah beberapa tindakan anda sebelum ini semunya gagal, jadi anda rasa takut dan tercari-cari alternative yang terbaik.
Jangan Berputus Asa dari Rezeki:
Janganlah
berputus asa pada rezeki Allah, pesan Imam Ahmad bin Hambal. Pesan imam mi
bukan tanpa bukti. Diceritakan tentang kisah Rasulullah SAW mengenai seekor
ulat yang hidup di dasar laut atas rezeki Allah SWT. Ketika itu, Rasulullah
sedang mengadakan acara walimatul ‘ursy dengan seorang wanita sebagai isterinya.
Saat para sahabat yang diundang menyaksikan makanan yang disediakan oleh Rasulullah SAW, mereka membincangkan dari mana
Rasulullah SAW akan menyarakan isteri-isterinya.
Maklum sajalah, jamuan walimahnya saja begitu sederhana sekali.
Allah
Swt. Berfirman maksudnya:
“Manusia tidak jemu-jemu memohon
kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus
harapan.” (QS. Fushilat (41): 49).
Selesai
solat berjamaah, Rasulullah SAW lalu
bercerita tentang masalah rezeki kepada para sahabatnya yang diundang itu. “ini
kisah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril, boleh aku bercerita?” tanya Nabi
saw. Para sahabat pun langsung mengiyakan dengan penuh berminat. Lalu,
berceritalah Nabi Saw. tentang Nabi Sulaiman r.a. yang sedang solat di tepi
pantai. Nabi Sulaiman r.a. melihat seekor semut berjalan di atas air sambil
membawa daun hijau seraya memanggil katak.
Setelah itu, muncullah seekor katak dan menggendong semut menuju ke dasar laut.
Setelah itu, muncullah seekor katak dan menggendong semut menuju ke dasar laut.
Apa
yang terjadi di dasar laut? Semut menceritakan bahwa di dasar laut itu ada
seekor ulat yang soal rezekinya dipasrahkan kepada semut itu. “Sehari dua kali
aku diantar malaikat ke dasar laut untuk memberi makanan kepada ulat,” kata
semut.
Siapa
malaikat itu?” tanya Nabi Sulaiman a.s . “Ya yang menjelma menjadi katak itu,”
jawabnya. Setiap kali selesai menerima
kiriman daun hijau dan memakannya, si ulat mengucapkan syukur kepada Allah.
“Maha Besar Allah yang mentakdirkan aku hidup di dalam laut,” kata ulat.
Di
akhir ceritanya, Rasulullah Saw. lalu berkata, “Jika ulat yang tinggal di dasar
laut saja Allah masih tetap memberinya makanan, apakah Allah akan membiaarkan umat Muhammad saw soal rezeki dan rahmat-Nya?”
jelas Rasulullah saw.
(Dikutip dari Mutiara Hikmah 1001
kisah:1)
ISTIGHFAR DAN TAUBAT
A.
Hakikat Istighfar dan Taubat
"Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat
kepadaNya"
"Para ulama berkata, 'Bertaubat dari setiap dosa
hukumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang
tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga:
Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut.
Kedua, ia harus menyesali perbuatan (maksiat)nya.
Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya
lagi.
Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah. Jika
taubat itu berkaitan dengan manusia maka syaratnya ada empat iaitu ketiga-tiga
syarat di atas dan keempat, hendaknya membebaskan diri (memenuhi) hak orang
tersebut. Jika berbentuk harta benda atau sejenisnya maka ia harus
mengembalikannya. Jika berupa had (hukuman) tuduhan atau sejenisnya maka ia
harus memberinya kesempatan untuk membalasnya atau meminta maaf kepadanya. Jika
berupa ghibah (menggunjing), maka ia harus meminta maaf."
B.
Dalil Syar'i Bahawa Istighfar dan Taubat Termasuk Kunci Rezeki
Beberapa nash (teks) Al-Qur'an dan Al-Hadis menunjukkan
bahawa istighfar dan taubat termasuk sebab-sebab rezeki dengan kurnia Allah .
Di bawah ini beberapa nash dimaksud:
1. Apa yang disebutkan Allah tentang Nuh yang berkata kepada
kaumnya :
"Maka aku katakan kepada mereka, 'Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu', sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, nescaya Dia akan mengirimkan
hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu dan
mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu
sungai-sungai'." (Nuh: 10-12).
Muthrif meriwayatkan dari Asy-Sya'bi: "Bahawasanya Umar
keluar untuk memohon hujan bersama orang ramai. Dan beliau tidak lebih dari
mengucapkan istighfar (memohon ampun kepada Allah) lalu beliau pulang. Maka
seseorang bertanya kepadanya, 'Aku tidak mendengar Anda memohon hujan'. Maka ia
menjawab, 'Aku memohon diturunkannya hujan dengan majadih langit yang dengannya
diharapkan bakal turun air hujan. Lalu beliau membaca ayat:
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat."
(Nuh: 10-11).
Dan kami menganjurkan demikian kepada orang yang mengalami
hal yang sama. Dalam riwayat lain disebutkan:
"Maka Ar-Rabi' bin Shabih berkata kepadanya, 'Banyak
orang yang mengadukan bermacam-macam (perkara) dan anda memerintahkan mereka
semua untuk beristighfar. Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab, 'Aku tidak
mengatakan hal itu dari diriku sendiri. Tetapi sungguh Allah telah berfirman
dalam surat Nuh:
"Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah
Maha Pengampun, nescaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (Nuh: 10-12).
2. Ayat lain adalah firman Allah yang menceritakan tentang
seruan Hud kepada kaumnya agar beristighfar.
"Dan (Hud berkata), 'Hai kaumku, mohonlah ampun kepada
Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, nescaya Dia menurunkan hujan yang sangat
lebat atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah
kamu berpaling dengan berbuat dosa'." (Hud:52).
TAQWA
A. MAKNA TAQWA
Para ulama telah menjelaskan apa yang dimaksud dengan takwa.
Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani mendefinisikan: "Takwa iaitu
menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan
meninggalkan apa yang dilarang, menjadi sempurna dengan meninggalkan sebahagian
yang dihalalkan".
B.
DALIL SYARA'I BAHAWA TAKWA TERMASUK KUNCI REZEKI
Beberapa nash yang menunjukkan bahawa takwa termasuk di
antara sebab rezeki, Di antaranya:
1. Firman Allah:
"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah nescaya Dia
akan mengadakan jalan keluar baginya. Dan memberi-nya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya." (Ath-Thalaq: 2-3).
Dalam ayat di atas, Allah menjelaskan bahawa orang yang
merealisasikan takwa akan dibalas Allah dengan dua hal:
Pertama, "Allah akan mengadakan jalan keluar
baginya." Ertinya, Allah akan menyelamatkannya sebagaimana dikatakan Ibnu
Abbas Radhiallaahu anhu dari setiap kesusahan dunia mahupun akhirat.
Kedua, "Allah akan memberinya rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangka." Ertinya, Allah akan memberi-nya rezeki yang tak pernah
ia harapkan dan angankan.
2. Ayat lainnya adalah firman Allah:
"Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan
bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkat dari langit dan
bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami seksa mereka
di-sebabkan perbuatan mereka sendiri". (Al -A'raf: 96).
Dalam ayat yang mulia ini Allah menjelaskan, seandai-nya
penduduk negeri-negeri merealisasikan dua hal, yakni iman dan takwa, nescaya
Allah akan melapangkan kebaikan (kekayaan) untuk mereka dan memudahkan mereka
mendapatkannyadari segala arah.
a. Janji Allah untuk membuka (keberkatan) bagi mereka.
Imam Al-Baghawi berkata, Ia bererti mengerjakan sesuatu
secara terus menerus. Atau seperti kata Imam Al-Khazin, "Tetapnya suatu
kebaikan Tuhan atas sesuatu."
Jadi, yang dapat disimpulkan dari makna kalimat "
" adalah bahawa apa yang diberikan Allah disebabkan oleh keimanan dan
ketakwaan mereka merupakan kebaikan yang terus menerus, tidak ada keburukan
atau konsekuensi apa pun atas mereka sesudahnya.
Syaikh Ibnu Asyur mengungkapkan hal itu dengan ucapannya:
adalah kebaikan yang murni yang tidak ada konsekuensinya di akhirat. Dan ini
adalah sebaik-baik jenis nikmat."
b. Kata berkat disebutkan dalam bentuk jama' sebagaimana
firman Allah:
"Pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berbagai
berkat." Ayat ini, sebagaimana disebutkan Syaikh Ibnu Asyur untuk
menunjukan banyaknya berkat sesuai dengan banyaknya sesuatu yang diberkati.
c. Allah berfirman:
"Berbagai keberkatan dari langit dan bumi".
Menurut Imam Ar-Razi, maksudnya adalah keberkatan langit dengan turunnya hujan,
keberkatan bumi dengan tumbuhnya berbagai tanaman dan buah-buahan, banyaknya
haiwan ternak dan gembalaan serta diperolehnya keamanan dan keselamatan. Hal
ini karena langit adalah laksana ayah, dan bumi laksana Ibu. Dari keduanya
diperoleh semua bentuk manfaat dan kebaikan berdasarkan penciptaan
danpengurusan Allah ."
3. Ayat lainnya adalah firman Allah:
"Dan sekiranya mereka sungguh-sungguh menjalankan
(hukum) Taurat, Injil dan (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada mereka dari
Tuhannya, nescaya mereka akan mendapat makanan dari atas mereka dan dari bawah
kaki mereka. Diantara mereka ada golongan pertengahan. Dan alangkah buruknya
apa yang dikerjakan oleh kebanyakan mereka". (Al -Ma'idah: 66).
Allah mengabarkan tentang Ahli Kitab, 'Bahawa seandainya
mereka mengamalkan apa yang ada di dalam Taurat, Injil dan Al-Qur'an demikian
seperti dikatakan oleh Abdullah bin Abbas dalam menafsirkan ayat tersebut,
nescaya Allah memperbanyak rezeki yang diturunkan kepada mereka dari langit dan
yang tumbuh untuk mereka dari bumi.
BERTAWAKKAL KEPADA ALLAH
Termasuk
di antara sebab diturunkannya rezeki adalah bertawakkal kepada Allah dan Yang
kepadaNya tempat bergantung. Insya Allah kita akan membicarakan hal ini melalui
tiga hal:
A.
Yang Dimaksud Bertawakkal kepada Allah
Para ulama –semoga Allah membalas mereka dengan sebaik-baik
balasan– telah menjelaskan makna tawakkal. Di antaranya adalah Imam Al-Ghazali,
beliau berkata: "Tawakkal adalah penyandaran hati hanya kepada wakil (yang
ditawakkali) semata."
B.
Dalil syar'i Bahawa Bertawakkal kepada Allah Termasuk Kunci Rezeki
Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Al-Muba-rak, Ibnu
Hibban, Al-Hakim, Al-Qhudha'i dan Al-Baghawi meriwayatkan dari Umar bin Khaththab
bahawa Rasulullah bersabda:
"Sungguh,
seandainya kalian bertawakkal kepada Allah sebenar-benar tawakkal, nescaya
kalian akan diberi rezeki sebagaimana rezeki burung-burung. Mereka berangkat
pagi-pagi dalam keadaan lapar, dan pulang petang hari dalam keadaan
kenyang."
"Dan
barangsiapa bertawakkal kepada Allah, nescaya Allahakan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (Ath-Thalaq: 3).
C.
Apakah Tawakkal itu Bererti Meninggalkan Usaha?
Hakikat yang sesungguhnya dalam hal ini dapat kita katakan,
"Sesungguhnya pengaruh bertawakkal itu tampak dalam gerak dan usaha hamba
ketika bekerja untuk mencapai tujuan-tujuannya".
Imam Abul Qosim Al-Qusyairi berkata: "Ketahuilah
sesungguhnya tawakkal itu letaknya di dalam hati. Adapun gerak secara lahiriah
hal itu tidak bertentangan dengan tawakkal yang ada di dalam hati setelah
seorang hamba meyakini bahawa rezeki itu datangnya dari Allah. Jika terdapat
kesulitan, maka hal itu adalah karena taqdirNya, dan jika terdapat kemudahan
maka hal itu karena kemudahan dariNya."
Di antara yang menunjukkan bahawa tawakkal kepada Allah
tidaklah bererti meninggalkan usaha adalah apa diriwayatkan oleh Imam Ibnu
Hibban dan Imam Al-Hakim dari Ja'far bin Amr bin Umayah dari ayahnya , ia
berkata:
"Seseorang berkata kepada Nabi , Aku lepaskan unta-ku
dan (lalu) aku bertawakkal?' Nabi bersabda: 'Ikatlah kemudian bertawakkallah'."
BERIBADAH KEPADA ALLAH SEPENUHNYA
A
Makna Beribadah Kepada Allah Sepenuhnya.
"Hendaknya
kamu beribadah kepada Allah seakan-akan kami melihatNya. Jika kamu tidak melihatNya
maka sesungguhnya Dia melihatmu." ( Al Hadist)
B. DALIL SYAR'I BAHAWA BERIBADAH KEPADA ALLAH SEPENUHNYA
TERMASUK KUNCI REZEKI
Hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah
dan Al-Hakim dari Abu Hurairah , dari Nabi beliau bersabda:
"Sesungguhnya
Allah berfirman, 'wahai anak Adam!, beribadahlah sepenuhnya kepadaKu, nescaya
Aku penuhi (hatimu yang ada) di dalam dada dengan kekayaan dan Aku penuhi
keperluanmu. Jika tidak kalian lakukan, nescaya Aku penuhi tanganmu dengan
kesibukan dan tidak Aku penuhi keperluanmu (kepada manusia)'."
Sumber: zikir untuk rezeki
0 comments:
Post a Comment